Senin, 20 Juni 2011

Arti Sebuah Bintang

Gemintang berkerlip indah, langit sangat bersih, walau  bulan belum  menampakkan sinarnya,namun tak mengurangi indahnya malam itu, langit beserta isinya seakan turut gembira menyambut kedatangan bulan baru yang sangat dinanti oleh jutaan ummat muslim seantero jagat. Ramadhan. Yah esok hari Ramadhan datang. 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  Ditemani                
 suami tercinta , aku duduk diteras sambil melepas penat setelah seharian tadi  melakukan bedah rumah , sudah menjadi kebiasaan kami,  menjelang Ramadhan, selalu melakukan bersih-bersih rumah , untuk sekedar  mencari suasana baru . Mulai dari dapur hingga ke sudut kamar. Kebetulan sehari menjelang Ramadhan , semua sekolah di daerah kami diliburkan jadi ada waktu luang untuk berbenah. Semua anggota keluarga dilibatkan tak terkecuali kedua buah hatiku. Sambil menunggu adzan Isya, kami bercakap-cakap tentang target yang akan dicapai selama Ramadhan tahun ini.
                Diruang tengah lelaki kecilku ( 8 tahun ) dan adiknya ( 6 tahun )   masih asyik dengan karya mereka,membuat sebuah papan prestasi yang akan menemani perjalanan Ramadhan mereka. Papan terbuat dari 4 buah karton  hitam yang di gabung sehingga berbentuk layaknya sebuah black board, kemudian kami hiasi dengan tulisan  warna—warni dan beberapa tempelan gambar penunjang agar terlihat menarik, aku sudah menyiapkan sejak  kemarin, sekarang tinggal menempelkan hiasannya saja.  Papan ini nantinya digunakan untuk menempelkan bintang –bintang prestasi yang akan  aku berikan kepada kedua buah hatiku jika mereka berhasil melakukan amalan selama  bulan Ramadhan . Bintang orange untuk puasa, bintang hijau untuk sholat 5 waktu, bintang kuning untuk tilawah Qur’an . Bintang prestasi yang sudah terkumpul nantinya akan ditukar dengan hadiah diakhir Ramadhan . Ini aku lakukan sebagai salah satu cara untuk memotivasi  anak-anak yang masih dalam tahapan berfikir konkrit, dimana mereka belum mampu membayangkan arti sebuah pahala yang  disediakan Allah.
                      “Nak, ayo segera selesaikan papan prestasinya, sebentar lagi adzan berkumandang, kita akan sholat Isya  disambung   tarawih berjama’ah “ aku beranjak dari teras  disusul suami, menghampiri kedua buah hatiku, sedikit membantu menempelkan ornamen agar bisa selesai sesegera mungkin, mengingat beberapa menit lagi adzan Isya berkumandang.
                      “ oke,  finish,  tempel sekarang yah mi ?  “ teriak sulungku , aku mengangguk sembari meminta tolong kepada suami untuk membantu mereka menempelkannya di dinding  rumah.
Dibantu sang Abi akhirnya  mereka menempelkannya diruang belajar.  Selesai sudah. Kedua buah hatiku mengamati hasil karya mereka dengan senyum tersungging dan  mata berbinar. Puas melihat hasil pekerjaan sendiri.
                      “ Aku akan mengumpulkan bintang sebanyak-banyaknya, biar kolom bagianku penuh  “ ujar sulungku semangat.
                      “ Aku juga “ sahut sang adik tak mau kalah.
                       Kedua buah hatiku telah menancapkan azzam mereka, semoga dimudahkan.  Adzan Isya  berkumandang, kamipun bergegas ke Masjid.
                       Selepas Isya, sebagai penghantar tidur kedua buah hatiku , aku membacakan buku  seputar  puasa Ramadhan. Belum juga selesai membacakan buku itu, sulungku memotongnya, rupanya rasa ingin tahunya lebih kuat dan tak sabar untuk menunggu aku menyelesaikan bacaan.
                        “ Mi, kenapa sih orang Islam harus puasa ? “  tanyanya memotong bacaanku.
                        “Karena Allah, Tuhan kita  memiliki sifar Ar- Rahim.. sayang ,  Ar- Rahim  artinya Maha Penyayang, Allah sangat sanyang  kepada kita sebagi  HambaNYA.  Allah ingin kita semua sehat , dengan berpuasa  tubuh kita lebih sehat dan kuat ,  karena memberi kesempatan lambung untuk beristirahat sejenak  dari kerja kerasnya menggiling makanan yang masuk ke dalam perut kita,setiap jam malah mungkin tiap menit selama berbulan-bulan, capek kan  kalau terus-terusan kerja  ? “ aku mencoba memberi penjelasan dengan berusaha untuk tidak menggunakan Doktrin. Sulungku mendengar penjelasanku dengan seksama, sang  adik yang disebelahnya hanya lirik sana, lirik sini, pura-pura serius, walaupun aku tak yakin ia memahami apa yang aku bicarakan. Beda dengan sulungku yang sudah beranjak 9 tahun, ia lebih bisa menangkap makna dari pembicaraan yang sering aku lakukan.
                        “ Selain itu juga , Allah ingin memberikan pelajaran kepada kita dengan ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kita  yang kekurangan , mereka yang  kurang beruntung dari kita, jangankan untuk membeli jajanan, seperti yang sering kita lakukan, jalan-jalan ke Mall , jajan Pizza, atau jajan mainan, untuk mengisi perut mereka dengan beberapa suap nasi pun , terkadang tidak bisa mereka lakukan karena tidak memiliki uang untuk membelinya, bahkan mungkin bisa berhari-hari perut mereka tidak diisi oleh nasi.  Seperti dua anak jalanan yang tempo hari pernah kita temui di Jakarta sana,  mas,  masih  ingat kan ? “
                        “ eemmmm....oh iya , aku ingat , waktu kita jalan – jalan  ke Pasar Festival  kan  mi, aku ingat, dua orang adik kakak,kalau nggak salah namanya Intan dan Ruri,  duduk diemperan toko, diam saja , rupanya mereka sedang menahan lapar karena sejak kemarin belum diisi perutnya. “ anakku mencoba mengingat peristiwa itu, sebuah peristiwa yang sangat menyentuh nurani kemanusaiaanku , dua orang anak kecil , mungkin usianya tidak terpaut jauh dengan kedua anakku, badan kurusnya yang terbalut baju kumal, bergetar karena menahan lapar. Rupanya dua hari mereka belum makan. Rupanya kedua  buah hatiku merasakan hal yang sama . Segera mereka mengulurkan tangan mereka untuk sedikit membantu penderitaan kedua anak jalanan itu. Ternyata peristiwa itu masih diingatnya.
                       “ Kasihan mereka ya mi, bagaimana rasanya nggak makan dua hari yah ? sehari saja aku pasti nggak kuat . “ ungkapnya mencoba berempati.
                       “ Iya deh mi, aku janji mulai besok akan coba puasa sehari penuh “ tekad sulungku
                       “Alhamdulillah, Insya Allah, kalau diniatkan akan menjadi mudah nak . “  aku mencoba menguatkan.
                        Ramadhan tahun ini memang aku bertekad ingin mengajarkannya puasa sehari penuh, setelah 2 tahun sebelumnya ketika dibangku TK mencoba mengenalkan berpuasa seperempat hari, kemudian tahun berikutnya setengah hari.
Kututup percakapan malam itu dengan memberikan beberapa tips agar bisa berpuasa sehari penuh, mengingat ini adalah pengalaman pertama sulungku.
              ***
Esok harinya,
                 Ramadhan pertama dilalui kedua buah hatiku dengan semangat menggebu, mungkin berbekal azzam yang kuat,  didukung makan sahur yang  cukup seimbang , ada Karbohidarat ,  lauk protein , sayuran berkuah yang disenangi anak-anak , semua terpenuhi, ditambah lagi iming-iming hadiah dari ummi-abinya , hingga jam 12 siang, sulungku masih enjoy  menjalani puasa pertamanya, bahkan ia masih aktif bermain dengan teman-temannya. Sedangkan sang adik sudah dari jam sepuluh berbuka. Baru ketika jarum jam merangkak ke angka dua siang tubuh sulungku mulai terlihat lunglai, tak bertenaga, tergeletak didepan Televisi seusai menonton kartun. Aku biarkan dia tertidur. Kurang lebih jam tiga sore mulai terdengar rintihannya.
                  “ Ummi...haus ”  sayup terdengar suara sulungku dari dapur,  tempat aku sedang beraktivitas mempersiapkan menu berbuka. Segera kuhampiri dirinya.
                  “ Sabar yah nak, tiga jam lagi  bedug maghrib, insya Allah ”   sambil mengelus kepalanya aku mencoba menghibur.  Sulungku mengangguk. Aku tawarkan untuk berendam di bak mandi atau dibacakan cerita, rupanya ia lebih memilih untuk dibacakan cerita saja. Akhirnya aku bacakan sebuah buku cerita sambil mengipasi badannya. Agak hangat .  Tapi  alhamdulillah tak begitu rewel. Beberapa menit kemudian tertidur lagi, kutinggalkan ia untuk melanjutkan aktivitas dapurku.
                 Selang satu jam  aku menghampirinya kembali , ku sentuh dahinya, panas, badannya juga panas  tapi mengeluarkan keringat dingin, wajahnya pucat.  Aku jadi khawatir. Teringat dengan cerita seorang  kawan tentang  BALITA yang dipaksa ibunya untuk berpuasa,sampai terkena dehidrasi hingga akhirnya meninggal karena tidak tertolong. Segera aku bangunkan ia untuk mengetahui apakah kondisinya baik-baik saja.
                         “ Mas...mas...bangun nak.  “ tak ada reaksi, aku makin khawatir.
                         “ Mas...mas haus yah “ aku goyangkan tubuh kecilnya dengan agak keras, sambil berbisik di telinganya , berharap ia mendengar suara umminya lebih jelas. Matanya mulai terbuka sambil mengerjap perlahan, mata bulatnya telihat agak sayu.
                         “ Ummi...aku haus...” katanya dengan suara sangat pelan, bahkan aku yang jaraknya sangat dekat  pun tidak mendengarnya . Dari gerakan bibirnya aku mengetahui kalau dia merasakan haus. Sungguh  tak tega melihat kondisi itu . Tapi aku mencoba menguatkan diri.
                         “ Iya, Ummi bisa merasakannya sayang, nggak apa-apa kalau memang mas belum mampu  puasa sehari penuh, buka saja, mas kan baru belajar, buka yah   “ akhirnya aku tak kuasa untuk menahannya tetap puasa, sungguh kekhawatiran seorang ibu melihat lelaki kecilnya yang biasa super aktif, tergeletak tak berdaya karena menahan haus dan lapar.
                         “Enggak ah,  aku enggak mau buka, aku masih kuat kok mi, cuma lemes aja rasanya dan sangat haus “ ia  menggeleng cepat, ketika aku menawarkannya berbuka. Suaranya pelan tak seperti biasanya saking tak bertenaganya.
                         “ Aku mau dapat bintang yang banyak. Kalau aku buka berarti bintangku melayang, bintang melayang berarti hadiah pun melayang  . “  O.. la...la..., ini rupanya yang membuat sulungku bersikukuh melanjutkan puasanya, rupanya efektif juga memberikan hadiah sebuah bintang untuk mereka, fikirku.  Trenyuh plus bangga dengan sikap teguhnya.
Ia pun melanjutkan, “ Selain itu juga, aku  ingin merasakan , ternyata begini rasanya orang yang tidak makan sehari  yah ? aku jadi ingat Intan sama Ruri mi , yang belum makan selama dua hari “   dengan wajah sendu  masih tetap dalam posisi tidur.

                          Subhanalloh, maha suci Allah Sang penjaga kesucian hati buah hatiku ini. Aku peluk ia untuk memberikan kekuatan.
                          “ Bener  ?  mas masih kuat  menahan haus satu setengah jam lagi ? “  tanyaku menyakinkan. Ia mengangguk.
                         “ Buka nanti ,  aku pingin es sirup yang diinnggiiiinnn sekali, agar hilang hausku, tiga gelas yah mi “ pintanya. Segera aku jawab dengan anggukan yang kuat.
                          “ Pasti sayang, Ummi akan menyiapkannya untukmu. “  aku menjawab dengan perasaan haru.
                         “ Tapi aku boleh tidur lagi mi ? kalau tiduran jadi sedikit  merasakan haus, nanti begitu bedug magrib, bangunkan aku yah ? “ pintanya lagi. Aku balas dengan senyuman cinta untuknya.
                          “ Tentu sayang, tentu boleh , ummi juga ikut mendo’kan supaya mas diberikan kekuatan oleh Allah untuk  melanjutkan puasanya sampai bedug maghrib “  sekali lagi aku memberikan kekuatan kepadanya.
 Aku peluk erat anak sayangku itu dan aku bisikkan ditelinganya  betapa aku  bangga memiliki anak sholeh seperti dirinya. Dia tersenyum, manis sekali . Akhirnya ia melanjutkan istirahatnya hingga adzan Maghrib bergema.


Dibuat oleh: Mantan Guru SDIT Nur Fatahillah, Ustadzah Sasmi
                                 bisa dikunjungi di: http://www.facebook.com/profile.php?id=100000024296835

Tidak ada komentar:

Posting Komentar