Senin, 29 Agustus 2011

kenapa harus itu....

Boy: Marry me?
Girl: Do you have a house?
Boy: No..
Girl: Do you have a BMW car?
Boy: No..
Girl: How much is your salary?
Boy: No salary.. but.
Girl: No but. You have nothing. How can I marry you? Just leave me, please!!
.
.
.
.
.

Boy: *talking to himself* I have one villa, 3 property lands, 3 Ferrari, 2 Porsche.. Why I still need to buy BMW?! How can I get the salary when actually I'm the BOSS?

Kamis, 25 Agustus 2011

Keberanian Mengubah Kehidupan


“Tears will not erase your sorrow; hope does not make you successful; courage will get you there.”
– Air mata tidak akan menghapus dukamu; berharap tidak akan membuatmu sukses; hanya keberanian yang bisa membawamu kesana. Johni Pangalila
Setiap hari kita mempunyai peluang yang menguntungkan, entah itu dalam skala kecil maupun besar. Bila kita cukup berani, maka peluang-peluang tersebut akan menjadi keberuntungan yang besar. Sebab keberanian akan menimbulkan aksi yang signifikan.
Keberanian adalah suatu sikap untuk berbuat sesuatu dengan tidak terlalu merisaukan kemungkinan-kemungkinan buruk. Aristotle mengatakan bahwa, “The conquering of fear is the beginning of wisdom. Kemampuan menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan.”
Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.
Beberapa abad yang silam Virgil mengatakan, “Fortune favors the bold. – Keberuntungan menyukai keberanian.” Marilah kita belajar dari para tokoh olah raga yang mempunyai prestasi berskala internasional, yaitu Carl Lewis, Michael Jordan, Marilyn King dan lain sebagainya. Mereka mempunyai keberanian yang tinggi untuk menepis segala kekhawatiran akan keterbatasan dalam diri mereka. Karena itulah mereka mampu berprestasi di bidang olah raga dan tampil sebagai tokoh yang berkarakter.
Kita juga mempunyai peluang yang sama besar di bidang yang sama ataupun di bidang lain, misalnya di bidang seni, politik, bisnis, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain sebagainya. Tetapi apakah kita sudah mempunyai cukup keberanian menangkap peluang yang datang setiap hari itu dan mengubahnya menjadi prestasi hidup?
Hanya diri kita yang mampu mengukur apakah keberanian kita cukup besar? Marilyn King mengatakan bahwa keberanian kita secara garis besar dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu visi (vision), tindakan nyata (action), dan semangat (passion). Ketiga hal tersebut mampu mengatasi rasa khawatir, ketakutan, dan memudahkan kita meraih impian-impian.
Berdasarkan visi atau tujuan yang ingin kita capai, satu hal yang terpenting adalah kita harus menciptakan kemajuan. Menurut Vince Lombardi, seorang pelatih rugby ternama di dunia, upaya menciptakan kemajuan akan berjalan secara bertahap. Adanya perubahan menjadikan diri kita berani membuat kemajuan yang lebih besar. Karena itu Anthony J. D’Angelo menegaskan, “Don’t fear change, embrace it. – Jangan pernah takut pada perubahan, tetapi peluklah ia erat.” Maka perjelas visi, supaya berpengaruh signifikan terhadap keberanian.
Sementara itu, peluang datang terkadang dengan cara yang tidak terduga. Samuel Johnson mengatakan bahwa, “Whatever enlarges hope will also exalt courage. – Apapun yang dapat memperbesar harapan, maka ia juga akan meningkatkan keberanian.” Artinya, tindakan kerja untuk mengubah peluang akan meningkatkan harapan sekaligus keberanian memikirkan kemungkinan-kemungkinan terbaik atau menanggung resiko kegagalan sekalipun. Jika sudah mengetahui secara pasti apa yang kita inginkan dan sudah melakukan tindakan, maka hal itu akan meningkatkan keberanian untuk tidak pernah menyerah sebelum benar-benar berhasil.
Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap tingkat keberanian adalah semangat (passion). Mungkin kita akan terinspirasi semangat seorang olah ragawan Carl Lewis. Dirinya tidak merasa khawatir atau takut akan mengalami kekalahan dalam pertandingan karena ia mempunyai semangat yang tinggi. Semangat Carl Lewis memompa keberaniannya melewati bermacam kesulitan, sehingga ia berhasil meraih 22 medali emas diantaranya : 9 dari olimpiade/Games, 8 dari World Championship, 2 dari Pan America Games.
Ayahnya adalah orang yang paling berjasa dibalik keberaniannya itu. Ayahnya adalah orang yang tidak pernah bosan memberikan dorongan motivasi. Sehingga ketika ayahnya meninggal dunia pada tahun 1987 akibat serangan penyakit kanker, Carl Lewis menguburkan salah satu medali emas dari perlombaan lari 100 m yang paling disukai ayahnya. Dia berjanji untuk mendapatkan kembali medali itu. Semangat Carl Lewis meningkatkan keberaniaannya menembus halangan, hingga ia  kembali berhasil mengumpulkan 9 medali emas beberapa tahun kemudian.
Carl Lewis adalah salah satu contoh orang sukses. Ia mempunyai keberanian yang tinggi untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa atau tidak akan pernah dikerjakan oleh orang-orang yang biasa-biasa saja. Mereka konsisten menciptakan kemajuan terus menerus. Ekhorutomwen E.Atekha menerangkan, “All you need to keep moving is your ability to keep being courageous. – Segala sesuatu yang menggerakkan dirimu adalah kemampuanmu untuk memacu keberanian.” Mereka senantiasa  mempunyai keberanian yang tinggi untuk mengubah kehidupan karena mereka mempunyai visi, melakukan aksi dan mempunyai semangat yang luar biasa.*
Sumber: Keberanian yang Dapat Mengubah Kehidupan oleh Andrew Ho

Selasa, 23 Agustus 2011

Suka dan Tidak Suka


aku memang suka puisi dan sastra bukan berarti ku mencintai bahasa indonesia untuk menenamaniku dihutan belantara karena setelah ku hitung-hitung sangat sulit bagiku menghitung karena ku tak suka matematika yang membuat logika dan tubuhku bagaikan biologi yang membuat ku tak menyukainya yang semuanya itu bagaikan sejarah yang tak perku untuk dipelajari dalam hidupku karena sejarah bagiku adalah sesuatu yang telah usang dan tak perlu dihitung seperti ekonomi karena semuanya itu tak perlu masuk bimbingan konseling... ku tak suka semuanya itu....suka tak suka....jalani....

Sabtu, 20 Agustus 2011

Angan-Angan Yang Tertunda

Oleh : Wahid Adha
            Beberapa hari yang lalu, terlaksanakanlah sudah Latihan Dasar Kepemimpinan tingkat SMP, demi menciptakan jiwa-jiwa muda yang siap menjadi pemimpin di masa depan, selain itu tersirat pula sebuah misi dari acara tersebut, yaitu misi yang pasti diinginkan oleh semua peserta dari acara ini, itulah penyaringan atau bisa disebut juga seleksi pengurus OSIS SMP tahun ini, acara yang diikuti oleh 60 lebih yang hanya memperebutkan 24 kursi kepengurusan OSIS.
            Tak dipungkiri, jadi pengurus OSIS bisa menjadikan diri sendiri terkenal, baik dari kaum adam maupun hawa, banyak dari temanku yang ingin menjadikan dirinya sebagai pengurus OSIS semata-mata hanya untuk pamer nama, atau orang-orang menyebutnya narsis-narsisan, apalagi di depan kaum hawa yang mudah digoda, salah satunya Andre, Ia sangat berambisi menjadikan dirinya sebagai ketua OSIS, cocok atau tidak dirinya dengan jabatan ini bukan urusannya, dia pintar, rajin, dan mungkin terlihat sangat keren bagi para wanita, apalagi wajah putih mirip orang jepang dan matanya yang berbinar-binar, kekurangannya hanya dalam hal ibadah, dan mungkin Ia memiliki rasa sombong dalam dirinya, walaupun hanya sedikit, tetapi hal ini kurasa tak penting, karena disini beda, ini sekolah islam, tidak ada yang tahu menahu akan hubungan pria-wanita jaman sekarang.
            Diriku terpojok di ujung kelas, tak tahu apa yang harus kulakukan, di mading telah tertempel kertas pendaftaran calon ketua OSIS tahun ini, aku tak tahu apakah aku sanggup melakukannya, apakah aku sanggup untuk menyikut sainganku atau bahkan tersikut oleh temanku yang kelak akan menjadi saingan beratku, keinginanku untuk menjadi ketua OSIS meluap-meluap bagai gunung berapi yang hendak meletus, tapi keinginan itu tak sanggup membawaku untuk mendaftar sebagai calon ketua OSIS.
            Tak kupungkiri bahwa sainganku kali ini tidak main-main, dua orang terpopuler dari dua kaum yang ada di sekolahku, kaum adam dan hawa jawabannya, merekalah Andre dan Sofia, mereka adalah orang-orang terpilih yang mungkin akan memiliki pendukung yang takkan mampu kukejar, terutama Andre, lawan jenisnya pun banyak yang mengidolakannya, terakhir ini tersebar bahwa salah satu dari guru-guru kami juga menyukai Andre, tetapi adab islami masih bejalan disini, sampai sekarang tak pernah ada yang menjalin hubungan dengan lawan jenisnya masing-masing.
            Satu lagi yang menjadi ancaman bagiku, Ialah Sofia, kandidat terkuat yang dikirimkan oleh kaum hawa untuk terjun dalam medan perang yang memperebutkan kursi emas ini sebagai ketua OSIS tahun ini, sama dengan Andre, Ia orang yang pintar, mudah bergaul, hingga mungkin teman-temannya bukan hanya dari kaum hawa saja, namun dari mereka para lelaki yang suka cari muka di depan wanita juga Ia sambut dengan senyumnya yang manis, namun Ia adalah wanita yang sholehah, Ia selalu menjaga pandangannya, berteman dengan kaum lelaki saja tanpa pernah melakukan jabat tangan, tetapi semua manusia pasti punya kelemahan, sebut saja Andre, Ia memiliki kekurangan dalam Ibadah, dan sekarang Sofia pun punya kekurangan yang mungkin sangat jarang bagi teman-temannya, hingga Ia menjadi orang yang suka dikerjain, Ia takut atau jijik terhadap serangga kecil nan indah itu, seekor kupu-kupulah yang dapat membuatnya takut, sangat lucu anak ini, tapi selain itu dia dapat memenuhi kriteria yang top bagi ketua OSIS, dan pasti dia adalah saingan berat bagiku dalam seleksi ketua OSIS ini.
            Hari-hari telah berlalu, waktu tidak lagi berjalan, Ia mulai berlari mengejarku, nafasnya sudah mulai tak teratur guna mengejarku yang sedang kebingungan dalam masalah seleksi ketua OSIS ini, jangka waktu pendaftaran yang hanya tinggal tiga hari lagi ini mengejarku, tapi, apa boleh buat, aku belum bisa memutuskan hal ini, keinginanku sudah kuat, namun tak kuat untuk mengantarku mendaftarkan diri sebagai calon ketua OSIS tahun ini, dan juga faktor eksternal yang menggangguku, terutama dari teman-teman sekelasku, tak hentinya mereka menyebutku pendusta, mungkin karena aku telah banyak bicara sebelum dibukanya pendaftaran ini, dan karena waktu itu aku lupa akan pesan ayahku yang telah tiada, ayahku adalah seorang penulis hebat yang sangat kukagumi, sebut saja dia Mukhtar Yahya, Ia telah berpesan bagiku bahwa “Janganlah sebarkan Apimu, jika kau belum bisa mengendalikan Api itu sebagai senjata kesuksesanmu.”
            Sekarang ayahku telah tiada, aku tak tahu apakah ibuku dapat juga membantuku dalam permasalahan kali ini, sekilas aku dan ibuku tidak terlalu akur, dan sejak dulu aku selalu meminta saran apapun hanya pada ayah, dan sekarang ibuku juga hanya menjadi seorang pegawai negeri, sebut saja dia Cut Laila, walau ibuku sekarang tinggal jauh di Semarang untuk bekerja, sedangkan aku tinggal sendiri di Tangerang untuk menuntut ilmu dengan giat, ibuku selalu mengirimkan uang setiap bulan untuk kebutuhanku yang tidak bisa kupenuhi sendiri dengan hasil karya cerpen-cerpenku yang sering dibertitkan di koran atau majalah anak-anak.
            Tak terasa bahwa sekarang telah tercipta lagi goresan tinta baru diatas kertas pendaftaran calon ketua OSIS tahun ini, Ialah Ridhuan Dika, bocah berumur 13 tahun yang tidak pernah sekalipun mendapatkan prestasi akademik yang bagus, wajahnya yang pas-pasan dan postur yang tidak masuk sebagai kriteria favorit, bocah yang hidup dengan hanya beralaskan tanah dan sastra, namun dia memiliki ciri khas yang sama denganku, yaitu ia juga telah ditinggalkan oleh ayahnya, bahkan ia lebih menderita lagi, ia hanya hidup dengan kakaknya, ibunya pun telah meninggalkannya sendiri untuk hidup didunia, hingga bocah ini memiliki sebuah kata motivasi baginya yang kurasa sangat menyedihkan, yaitu dia selalu berkata bahwa asalkan dia dapat bertahan hidup dan dapat memberangkatkan kakaknya pergi haji, apapun akan dilakukannya untuk menjadikannya sebuah kenyataan.
            Tapi, entah apa yang dapat aku lakukan, orang seperti Dika saja berani untuk mencalonkan dirinya sebagai calon ketua OSIS, tetapi diriku ini yang telah memendam lama keinginanku untuk menjadikan diri sebagai ketua OSIS tak bisa melakukan apa-apa, hanya berdiam di atas atap rumahku dan merenung sajakah yang bisa kulakukan, sainganku semakin banyak, dan akhirnya hanya ibuku yang mungkin dapat membantuku, seketika itu aku bergegas mengambil secarik kertas dan kutuliskan pesanku pada ibuku.
“Surat ini kutuliskan untuk ibuku tercinta,dan dikirimkan oleh anakmu,
Bu, sekarang aku sedang mengalami kesulitan, apakah ibu mau untuk menolongku ataukah tidak? Apapun jawabannya tetap kukirimkan pesan ini untukmu.
Ibu sudah tahu, sejak kepergian ayah aku akan terus berjuang untuk menjadi pemimpin, kali ini aku berusaha untuk menjadikan diriku sebagai ketua OSIS di sekolahku, namun apa boleh buat, diriku tak sanggup walau hanya untuk mendaftarkan diri sebagai calon ketua OSIS, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bu, mohon sarannya ya...
Kumohon balasannya satu hari lagi ya....
Salam,
Mufti”
            Saat itu adalah saat yang mendebarkan bagiku, tak tahu apakah ibuku akan membalas pesanku ataukah itu, segeralah aku mencari kantor pos untuk mengirim surat ini ke tempat dimana ibuku berada, kupilih kiriman kilat untuk mengirimnya, selain karena waktu yang mengejarku dalam jangka waktu pendaftaran ketua OSIS, aku juga ingin tahu apakah ibuku masih peduli akan anganku yang telah ku patok di awan-awan di langit sana.
            Waktu berlalu, hari telah berlanjut, dua hari lagi waktu pendaftaran itu ditutup, hari penting yang tidak bisa kulupakan, karena suratku yang baru kemarin kukirim dengan kiriman kilat tersebut telah dibalas oleh ibuku, apalagi waktunya sangat tepat bagiku yang tengah tersesat di tengah lautan yan sangat luas ini, walau isinya sangat pendek, tapi itu berarti bahwa ibuku masih peduli terhadap anganku.
“Nak, ini ibumu...
Hanya sedikit saran yang bisa ibu berikan, namun mungkin ini adalah hal terbaik yang mungkin perlu kamu lakukan untuk mengatasi masalahmu, Sholat Istiqoroh nak...
Salam,
Ibumu”
            Malam pun datang, kujalankan saran yang telah ibu berikan padaku, yaitu Istiqoroh, salah satu yang aku lupakan dalam hal ini, Allahlah yang dapat memberikan saran terbaik bagiku, aku yang tidak sempurna pasti pernah lupa akan sesuatu, kali ini aku lupa akan keagungan Tuhan, tapi kata-kata ibu membuatku sadar, bahwa aku harus mendekatkan diri pada Tuhan, karena tuhanlah yang akan mengabulkan anganku yang telah tergantung lama.
            Dalam mimpi aku mendapatkan diriku tengah mendaftarkan diri sebagai “Tim sukses” kandidat ketua OSIS, bukan mendaftar sebagai ketua OSIS yang aku ingingkan, sontak aku berfikir bahwa aku sudah ditakdirkan tidak untuk menjadi ketua OSIS, tapi hanya sebagai “Tim sukses”, namun sesegera mungkin aku hilangkan pemikiran itu dari otakku, dan merencanakan bahwa di hari terakhir waktu pendaftaran akan kugunakan untuk mencoretkan namaku di atas kertas pendaftaran tersebut.
            Keesokan harinya, sesuai rencanaku, aku bangun pagi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah demi mendaftarkan namaku di kertas pendaftaran tersebut, aku berniat untuk sampai lebih awal dari teman-temanku demi menghindari cacian-cacian yang keluar dari mulut mereka, dan demi meningkatkan kepercayaan diri saat mencoretkan tinta pada kertas tersebut dan menuliskan namaku, Mufti Yahya.
            Hari itu, sambutan meriah diberikan padaku yang telah mendapatkan kembali semangat hidup seorang pemimpin, burung-burung berkicau nan merdunya dan angin yang bertiup suci membawakan bunyi yang merdu ketika angin itu meniupkan daun-daun pepohonan di sekitarnya, sang surya pun tak mau kalah, dengan sinarnya ia menyambutku dengan kehangatan pagi hari dan senyuman yang indah ia lemparkan padaku.
            Waktu yang kutunggu telah datang, pintu gerbang sekolah baru dibuka, dan aku adalah siswa pertama yang menginjakkan kakiku di dalam lingkungan sekolahku pada hari ini, betapa cerahnya wajahku ketika itu, bergegas diriku pergi ke tempat dimana tersimpannya kertas pendaftaran itu, tetapi entah mengapa ketika aku baru mau memasuki pintu sekolahku, telah terdapat sepasang sepatu yang diletakkan persis di depan pintu tersebut, sontak aku mengira bahwa telah ada siswa yang datang lebih dulu sebelum aku dan gagallah sudah rencanaku, tapi kutepis semua itu dengan semangat menggebu-gebu yang telah merasuki jiwaku, aku tetap berjalan ke mana tempat kertas pendaftaran tersebut tertempel, namun nihil, kertas tersebut telah hilang dan tampak seorang lelaki di depan toilet sembari melambaikan tangannya dan menghampiriku.
“Nak, kamu cari kertas pendaftaran ketua OSIS ya?”
“I,iya pak, bapak tahu kertas itu ada dimana?”
“Kalau itu sih sudah dicabut dari tadi malam oleh guru pembina OSIS, kan disitu tertulis kalau batas pendaftarannya tadi pagi, pukul 00.00.”
            Saat itu, keaadaan berubah total, hati yang sedang merasakan kesenangan, terbelalak dengan kata-kata, seakan anganku hanya akan tergantung saja, takkan ada yang bisa menggapainya, namun tuhan selalu berbaik hati padaku, ia curahkan ketegaran yang lebih disaat aku membutuhkan, tepat sekali waktunya.
            Takkan ada kesuksesan tanpa perubahan, ku tegarkan diri dan tetap mendaftar untuk menjadikan diriku sebagai tim sukses dari salah satu calon ketua OSIS saat itu, semenjak kejadian tersebut, aku jadi lebih pendiam dan lebih suka bermain di masjid daripada di jalanan, itu semua kulakukan demi ketenangan diriku dalam menjalani hidup ini.
            Aku mulai giat mempelajari ilmu-ilmu agama, tak tahu apakah aku merasa bahwa tindakanku tak salah untuk dilakukan, namun keputusannya tinggal satu, aku harus tetap bertekad menjadi pemimpin masa depan, apapun yang terjadi sekarang takkan bisa menjadi ranjau bagi jalan kehidupan yang sangat unik ini.
            Waktu 2 minggu diberikan kepada para calon ketua OSIS, bersama tim suksesnya, mereka berkampanye hingga di kelaspun mereka tetap berkampanye, kali ini anganku untuk menjadi pemimpin telah terpenuhi, walau hanya jadi ketua tim sukses calon ketua OSIS nomor urut ketiga, yaitu Ridhuan Dika, meski aku tidak memiliki kisah pertemanan yang baik dengannya, tapi tanggung jawabku harus tetap kulaksanakan sebagai lelaki jantan.
            Dalam kurun waktu yang telah ditentukan, sebagai tim sukses, aku harus bisa mengenal lebih dalam si Dika ini, apa yang telah aku pikirkan sebelum menjadi tim suksesnya Dika ternyata salah besar, kukira aku akan dipermalukan oleh Dika sendiri ketika Ia berpidato, debat, dan mungkin banyak kesalahan yang akan dilakukannya, tapi kukira sekarang itu hanyalah sebuah tampilan fisik dari luar orang tersebut.
            Hanya Allah-lah yang dapat menyulap takdir kehidupanku, Allah telah mempertemukanku dengan seorang malaikat yang dapat membawaku mengikuti jalan kebenaran, Dika, masyarakat kecil yang terpinggirkan, bahkan diasingkan disekolah dapat merubah keadaan itu semudah dirinya membalikkan tangannya, pidato yang ia bawakan bahkan hingga membuat banyak guru dan teman-temanku terharu dan bahkan ada yang sempat meneteskan air matanya, walau dia hanya menggunakan aksesoris sederhana, mungkin maslah aksesoris itu adalah sebuah kesalahan tim sukses yang tidak becus menjalani tugas-tugasnya.
            Hari itu, hari dimana sebuah pidato kecil oleh seorang masyarakat terpinggirkan telah merubah hidupku, aku yang membuat kesalahan tetapi aku yang lebih banyak mendapatkan pujian ketimbang Dika sendiri, aku tak tahu apakah orang-orang ini hanya berbohong dan menipuku dengan pujian-pujian tak bermutu itu, namun Dika telah menjelaskan suatu hal, Ia tidak bersombong walau pidato tersebut telah membawanya ke depan puncak ketenaran, dan dia tetap memberikan tangannya untuk bersalaman padaku sembari memberikan selamat, padahal sebenarnya Ia telah tahu bahwa hanya dia yang bekerja demi menyelesaikan teks pidato tersebut, tak ada campur tangan tim sukses, dan dia selalu berkata “Jika ada cahaya kesuksesan sekecil apapun, berusahalah untuk datang ke depan cahya itu dan ikutilah jalannya, walau tak ada dukungan sama sekali”, disaat itu hatiku luluh lantak dan aku tak sanggup menahan tangisan bahagia menyeruak keluar, hari itu Dika bagaikan penyihir yang dapat merubah apapun dengan kata-kata dan perbuatannya.
            Ridhuan Dika, itulah nama orang yang membenarkan jalan kehidupanku dari kesalahan-kesalahan masa lalu, sejak kukenal dia, Ia selalu mengajakku ke tempat rekreasi favoritnya, tidak terdapat pungutan biaya disitu, tak ada keramaian, hanya ada ketenangan di tempat seperti itu, seusai sekolah, seketika itu Dika langsung menarik lenganku dan membawaku ke tempat rekreasi tersebut, Masjid Dzaratul namanya, disanalah tempat Ia merefleksikan otak, mencuci pikiran serta tak kalah pentingnya, dia merasa belum sempurna dan Ia berusaha selalu menjadi lebih baik di hari berikutnya.
            Tiba sudah pemilu ketua OSIS yang telah direncanakan, tawakal diri telah dilaksanakan untuk detik ini, namun kukira sekarang keadaan telah berbalik, kandidatku atau bisa disebut bosku telah mendapat pendukung yang hampir mencapai tiga kali lipat dari sebelumnya, diriku yang awalnya tak berniat menjadi tim sukses pun ikut merasakan apa yang dirasakan oleh bosnya, tak dapat dipungkiri, kebesaran Allah dapat membuatku menemukan orang secerdik dia yang dapat merubah sikapku hampir sejauh 180 derajat dari sebelumnya hanya dalam kurun waktu kurang dari dua minggu, tapi kukira bukan hanya aku yang terpengaruh, namun hampir semua pendukungnya datang ke sekolah dengan menggunakan peci, peci menjadi salah satu ciri khas Dika yang tidak akan kehilangan peci biru kesayangannya.
            Banyak orang yang bilang bahwa Tuhan hanya akan memberikan hidayahnya kepada orang yang mempunyai kemauan sendiri untuk melakukan suatu hal, tetapi sekarang telah terbukti bahwa Allah selalu memberikan hidayahnya kepada seluruh umatnya di dunia ini, walau seseorang tak punya keinginan, Allah telah mempersiapkan motivasi dari luar diri sendiri untuk menimbulkan sebuah kemauan itu.
            Pemilu dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, dan pengumumannya akan dilaksanakan dua hari setelah pemilu usai, dua hari itu akan kami jadikan sebagai loncatan bagi Dika untuk menjadi ketua OSIS, untuk itu, kami dan teman-teman tim sukses mengajak para pendukung dan Dika sendiri untuk menjalankan sebuah kegiatan, yaitu “I’tikaf bersama calon ketua OSIS”, acara ini berencana untuk meningkatkan kualitas tawakal diri masing-masing peserta beserta mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu dua hari ini.
            Tak dipungkiri, ataukah ini sebuah keajaiban yang diturunkan oleh Tuhan kepada kami, disaat kritis seperti ini, calon ketua OSIS yang kami dukung, yaitu Ridhuan Dika, berhasil mendapatkan jabatan tersebu, Ia sanggup menggugurkan dua pesaing tenarnya dengan tawakal, namun kali ini tak terdapat kekecewaan dalam diriku, karena kukira Allah telah meberikan sesuatu yang lebih berarti, sebuah panutan atau bisa disebut sahabat yang mampu membantu disaat aku perlu, karena seorang teman yang dapat membantu ketika teman tersebut perlu, adalah teman sejati.


SELESAI...